Jumat, 14 Oktober 2011

REVISI TAKSONOMI ANDERSON

Anderson Revisi Taksonomi

Selama 1990-an, Lorin Anderson (mantan mahasiswa Benjamin Bloom) memimpin tim psikolog kognitif dalam meninjau taksonomi dengan maksud untuk memeriksa relevansi taksonomi seperti yang kita memasuki abad kedua puluh satu.
Sebagai hasil dari penyelidikan sejumlah perbaikan signifikan yang dibuat dengan struktur yang ada. Sebelum beralih ke contoh bagaimana Taksonomi baru direvisi dapat diterapkan, maka akan lebih tepat pada saat ini untuk membuat kedua revisi dan alasan untuk perubahan explicit.Figure1 bawah menguraikan baik 'lama' dan 'baru' taksonomi:
MENGINGAT
Mengakui, daftar, menggambarkan, mengidentifikasi mengambil, nama ....
Dapatkah informasi RECALL siswa?
MEMAHAMI
Menafsirkan, contoh, meringkas, menyimpulkan, parafrase ... ..
Dapatkah siswa MENJELASKAN ide atau konsep?
MENERAPKAN
Menerapkan, melaksanakan, gunakan ...
Dapatkah siswa USE pengetahuan baru di lain situasi akrab?
MENGANALISA
Bandingkan, atribut, mengatur, mendekonstruksi ...
Siswa dapat membedakan antara bagian-bagian penyusunnya?
MENGEVALUASI
Periksa, kritik, hakim berpendapat ...
Dapatkah siswa MEMBENARKAN suatu keputusan atau tindakan?
MENCIPTAKAN
Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi ...
Dapatkah siswa Menghasilkan produk baru, ide-ide atau cara untuk melihat hal-hal?

Taksonomi Bloom Asli

Anderson Revisi Taksonomi
Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Aplikasi Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Mengevaluasi
Evaluasi Menciptakan

Gambar 1 - taksonomi yang asli dan revisi taksonomi
Beberapa perubahan yang lebih signifikan termasuk perubahan dalam terminologi, struktur dan penekanan. Ringkasnya masing pada gilirannya -
Perubahan Terminologi
1. Seperti digambarkan dalam tabel sebelumnya, nama dari enam kategori utama yang berubah dari nomina ke bentuk kata kerja. Alasan di balik ini adalah bahwa taksonomi yang mencerminkan berbagai bentuk berpikir dan berpikir adalah proses aktif. Verba menggambarkan tindakan, bukan kata benda, maka perubahan.
2. Para subkategori dari enam kategori utama juga diganti dengan verba dan beberapa subkategori ditata kembali.
3. Kategori pengetahuan ini berganti nama. Pengetahuan merupakan hasil atau produk berpikir bukan bentuk pemikiran per se. Akibatnya, pengetahuan kata tidak pantas untuk menggambarkan kategori pemikiran dan digantikan dengan kata mengingat gantinya.
4. Pemahaman dan sintesis yang diberi judul untuk memahami dan membuat masing-masing, dalam rangka untuk lebih mencerminkan sifat pemikiran yang didefinisikan dalam setiap kategori.
Perubahan dalam Struktur
1. Bentuk satu dimensi dari taksonomi yang asli menjadi tabel dua dimensi dengan penambahan produk-produk pemikiran (berbagai bentuk yaitu pengetahuan). Bentuk pengetahuan yang tercantum dalam taksonomi direvisi sebagai faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Lihat Belajar untuk berpikir / Berpikir untuk belajar (Pohl, 2000) untuk informasi lebih lanjut tentang hal ini.
2 Para kategori utama diperintahkan dalam hal kompleksitas meningkat. Akibatnya, urutan sintesis (menciptakan) dan evaluasi (mengevaluasi) telah dipertukarkan. Hal ini untuk menghormati gagasan populer berpendapat bahwa jika seseorang menganggap taksonomi sebagai hirarki mencerminkan meningkatnya kompleksitas, maka berpikir kreatif (yaitu menciptakan tingkat taksonomi yang direvisi) adalah bentuk yang lebih kompleks daripada berpikir kritis berpikir (yaitu tingkat mengevaluasi. Dari taksonomi baru).
Secara sederhana, seseorang dapat menjadi kritis tanpa menjadi kreatif (hakim yaitu ide dan membenarkan pilihan) tetapi produksi kreatif seringkali membutuhkan pemikiran kritis (yaitu menerima dan menolak ide-ide di jalan untuk menciptakan ide produk, baru atau cara untuk melihat hal-hal. )
Perubahan dalam penekanan
1. Fokus utama adalah pada revisi taksonomi digunakan. Pada dasarnya, ini berarti bahwa taksonomi direvisi adalah alat yang lebih otentik untuk perencanaan kurikulum, pengiriman instruksional dan penilaian.
2. Revisi ditujukan untuk khalayak yang lebih luas. Taksonomi Bloom secara tradisional dipandang sebagai alat yang terbaik diterapkan pada tahun-tahun awal sekolah (yaitu tahun dasar SD dan SMP). Taksonomi direvisi lebih universal dan mudah diterapkan di SD, tingkat sekunder dan bahkan tersier.
3. Revisi menekankan penjelasan dan deskripsi subkategori.
Sebagai contoh, sub-kategori di tingkat Mengingat taksonomi meliputi:
Mengakui / Mengidentifikasi - pengetahuan Lokasi di memori yang konsisten dengan materi yang disampaikan.
Mengingat / Mengambil / Penamaan - Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
Gambar di bawah ini memberikan gambaran yang komprehensif dari sub-kategori, bersama dengan beberapa pertanyaan pemula disarankan yang bertujuan untuk membangkitkan pemikiran spesifik untuk setiap tingkat taksonomi. Kegiatan potensial disarankan dan produk mahasiswa juga tercantum.
Kategori
Contoh kalimat pembuka
Potensi kegiatan dan produk

Mengakui
Mencari pengetahuan dalam memori yang konsisten dengan materi yang disampaikan.
Sinonim: Mengidentifikasi ...
Mengingat
Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
Sinonim: Mengambil ....
Penamaan ... ...
INGAT
Mengakui
Mencari pengetahuan dalam memori yang konsisten dengan materi yang disampaikan.
Sinonim: Mengidentifikasi ...
Mengingat
Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
Sinonim: Mengambil ....
Penamaan ... ...
 
Apa yang terjadi setelah ...?
Berapa banyak ...?
Apa itu ...?
Siapakah yang ...?
Dapatkah Anda menyebutkan ...?
Cari arti dari ...
Jelaskan apa yang terjadi setelah ...
Siapa yang berbicara kepada ...?
Mana yang benar atau salah ...?
Identifikasi siapa ....
Nama semua ... ..

Buatlah daftar dari peristiwa utama cerita.
Buatlah garis waktu peristiwa.
Buatlah tabel fakta.
Menulis daftar dari setiap potongan informasi yang Anda dapat ingat.
Apa hewan yang dalam cerita.
Buatlah grafik yang menunjukkan ...
Buatlah sebuah akrostik.
Membacakan sebuah puisi.


Interpreting
Berubah dari satu bentuk representasi lain
Sinonim:
Parafrase ... Menerjemahkan, ... Mewakili, ... Klarifikasi ...
Mencontohkan
Mencari contoh spesifik atau ilustrasi dari suatu konsep atau prinsip
Sinonim:
Instantiating ... Ilustrasi ...
Klasifikasi
Menentukan sesuatu yang termasuk dalam kategori (misalnya, konsep atau prinsip).
Sinonim:
Categorising ... Subsuming ...
Ringkasnya
Menggambar kesimpulan logis dari informasi yang disajikan.
Sinonim:
Abstrak ... generalising ...
Menyimpulkan
Abstrak tema umum atau titik utama
Sinonim:
Ekstrapolasi interpolasi ... .. Memprediksi ... Penutup ....
Perbandingan
Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dll
Sinonim:
Kontras ... Pencocokan ... Pemetaan ...
Menjelaskan
Membangun model sebab-akibat dari suatu sistem.
Sinonim:
Membangun model ...

Dapatkah Anda menulis dalam kata-kata Anda sendiri?
Bagaimana Anda menjelaskan ...?
Dapatkah Anda menulis sebuah gambaran singkat ...?
Menurut Anda, apa mungkin terjadi berikutnya ...?
Siapa yang menurut Anda ...?
Apa gagasan utama ...?
Menjelaskan mengapa ....
Ilustrasikan ... ... ...
Apakah setiap orang bertindak dengan cara yang ... ... .. tidak?
Menggambar peta cerita.
Jelaskan mengapa karakter bertindak dalam cara yang mereka lakukan.



Dipotong, atau menggambar gambar untuk menunjukkan
acara tertentu.
Menggambarkan apa yang Anda pikirkan gagasan utama mungkin telah.
Membuat strip kartun yang menunjukkan urutan
peristiwa.
Menulis dan melakukan sebuah pertunjukan berdasarkan cerita.
Menceritakan kembali cerita dalam kata-kata Anda sendiri.
Menulis laporan ringkasan acara
Siapkan flow chart untuk mengilustrasikan
urutan kejadian.
Membuat buku mewarnai.
Dipotong, atau menggambar gambar untuk menunjukkan peristiwa tertentu. Menggambarkan apa yang Anda pikirkan gagasan utama.
Membuat strip kartun yang menunjukkan urutan kejadian.
Menulis dan melakukan sebuah pertunjukan berdasarkan cerita.
Menceritakan kembali cerita dalam kata-kata Anda sendiri.
Menulis laporan ringkasan acara
Siapkan flow chart untuk mengilustrasikan urutan peristiwa.
Dipotong, atau menggambar gambar untuk menunjukkan peristiwa tertentu. Menggambarkan apa yang Anda pikirkan gagasan utama.
Membuat strip kartun yang menunjukkan urutan kejadian.
Menulis dan melakukan sebuah pertunjukan berdasarkan cerita.

Pelaksana
Menerapkan pengetahuan (sering prosedural) untuk tugas rutin.
Sinonim: Melakukan ....
Pelaksana
Menerapkan pengetahuan (sering prosedural) untuk tugas non-rutin.
Sinonim: Menggunakan ... ..
 
Dapatkah Anda menulis dalam kata-kata Anda sendiri?
Bagaimana Anda menjelaskan ...?
Dapatkah Anda menulis sebuah gambaran singkat ...?
Menurut Anda, apa mungkin terjadi berikutnya ...?
Siapa yang menurut Anda ...?
Apa gagasan utama ...?
Menjelaskan mengapa ....
Ilustrasikan ... ... ...
Apakah setiap orang bertindak dengan cara yang ... ... .. tidak?
Menggambar peta cerita.
Jelaskan mengapa karakter bertindak dalam cara yang mereka lakukan.

Membangun sebuah model untuk menunjukkan cara kerjanya
Membuat diorama untuk menggambarkan sebuah acara
Membuat lembar memo tentang bidang studi.
Membuat peta papier mache-/ model tanah liat untuk menyertakan informasi yang relevan tentang suatu peristiwa.
Ambil koleksi foto untuk menunjukkan suatu titik tertentu.
Buatlah permainan puzzle.
Menulis sebuah buku tentang topik ini untuk orang lain.

Membedakan
Membedakan bagian-bagian yang relevan dari yang tidak relevan atau penting dari bagian-bagian penting dari materi yang disampaikan.
Sinonim: diskriminatif, Memilih, Fokus, Membedakan,
Pengorganisasian
Menentukan bagaimana elemen-elemen cocok atau fungsi dalam struktur.
Sinonim: Outlining, Penataan, Mengintegrasikan, koherensi Mencari
Menghubungkan
Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau niat yang mendasari materi yang disajikan. Sinonim: mendekonstruksi

Yang kejadian tidak mungkin terjadi?
Jika. .. Terjadi, apa yang mungkin telah berakhir?
Bagaimana ... mirip dengan ...?
Apa yang Anda lihat sebagai hasil yang mungkin lainnya?
Mengapa perubahan terjadi ...?
Bisakah Anda menjelaskan apa yang telah terjadi ketika ...?
Apa beberapa atau masalah ...?
Dapatkah Anda membedakan antara ...?
Apa beberapa motif di balik ..?
Apa titik balik?
Apa masalah dengan ...?

Desain kuesioner untuk mengumpulkan informasi.
Tulis komersial untuk menjual produk baru
Buatlah diagram alir untuk menunjukkan tahap kritis.
Buatlah sebuah grafik untuk mengilustrasikan informasi terpilih.
Membuat pohon keluarga yang menunjukkan hubungan.
Merancang sebuah drama tentang area studi.
Menulis biografi orang belajar.
Menyiapkan laporan tentang bidang studi.

Memeriksa
Mendeteksi inkonsistensi atau kekeliruan dalam suatu proses atau produk.
Menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal.
Sinonim: Pengujian, Mendeteksi, Pemantauan
Mengkritisi
Mendeteksi kelayakan prosedur untuk suatu tugas atau masalah.
Sinonim: Menilai
 
Apakah ada solusi yang lebih baik untuk ...?
Hakim nilai ... Apa yang Anda pikirkan ...?
Dapatkah Anda mempertahankan posisi Anda tentang ...?
Apakah Anda berpikir ... adalah hal yang baik atau buruk?
Bagaimana Anda menangani ...?
Apa perubahan .. yang akan Anda rekomendasikan?
Apakah Anda percaya ...? Bagaimana perasaan Anda jika. ..?
Seberapa efektif. ..?


 
Melakukan perdebatan tentang isu minat khusus.
Membuat buklet tentang lima aturan yang Anda anggap penting. Meyakinkan orang lain.
Formulir panel untuk membahas pandangan.
Menulis surat kepada. .. Memberikan saran tentang perubahan yang diperlukan.
Menulis laporan setengah tahun.
Siapkan sebuah kasus untuk menyajikan pandangan Anda tentang ...

Membangkitkan
Datang dengan alternatif atau hipotesis berdasarkan kriteria
Sinonim: hipotesa
Perencanaan
Merancang prosedur untuk menyelesaikan beberapa tugas. memproduksi
Sinonim: Merancang
Memproduksi
Menemukan produk.
Sinonim: Membangun

Dapatkah Anda desain a. .. menjadi ...?
Dapatkah Anda melihat solusi yang mungkin untuk ...?
Jika Anda memiliki akses ke semua sumber daya, bagaimana Anda akan berurusan dengan ...?
Mengapa Anda tidak menemukan cara Anda sendiri untuk ...?
Apa yang akan terjadi jika ...?
Berapa banyak cara yang dapat Anda ...?
Dapatkah Anda membuat penggunaan baru dan tidak biasa untuk ...?
Dapatkah Anda mengembangkan sebuah proposal yang akan ...?



Menciptakan sebuah mesin untuk melakukan tugas tertentu.
Desain bangunan untuk rumah studi Anda.
Membuat produk baru. Berikan nama dan merencanakan kampanye pemasaran.
Menulis tentang perasaan Anda dalam kaitannya dengan ...
Menulis sebuah acara TV bermain, wayang golek, bermain peran, lagu atau pantomim tentang ..
Desain catatan, buku atau sampul majalah untuk ...
Menjual ide
Memikirkan cara untuk ...


DAFTAR PUSTAKA
http://www.nyoraps.vic.edu.au/anderson.htm

Jumat, 30 September 2011

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN


BAB I

Pendahuluan
  1. Latar Belakang

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.

Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah direncanakan.

Kebutuhan manusia memang tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
Persoalan yang dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan belajar itu?, Mengapa kebutuhan itu harus diidentifikasi?, dan bagaimana mengidentifikasinya?, Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya. Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan pemenuhannya.

B.     Batasan Masalah.
Pada pembahasan makalah ini akan dibatasi tentang :
1.      pengertian kebutuhan belajar
2.      model pengukuran kebutuhan belajar
3.      menganalisis kebutuhan pembelajaran
C.    Rumusan masalah
1.      apa yang dimaksud dengan kebutuhan ?
2.      bagaimana model-model kebutuhan belajar ?
3.      bagaimana menganalisis kebutuhan pembelajaran ?

D.    Tujuan
1.      untuk mengetahui pengertian kebutuhan
2.      untuk mengetahui model-model kebutuhan belajar
3.      untuk mengetahui cara menganalisis kebutuhan pembelajaran

E.     Manfaat
Dengan mempelajari tentang identifikasi kebutuhan pembelajaran , maka diharapkan mahasiswa nanti dapat menerapkan cara melakukan identifikasi kebutuhan pembelajaran dengan baik.

















BAB II

Kajian teori

Kebutuhan adalah kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul sebagai akibat adanya perubahan ( internal change ) dalam organism atau akibat pengaruh kejadian - kejadian dari lingkungan organism (Oemar Hamlik, 1978).
Kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama .M. Atwi Suparman (2001 : 63).
Kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah .Morrison (2001: 27)
Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan belajar.
Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27)
Kebutuhan adalah kesenjangan (Gap/Discrepancy) antara apa/kondisi yang ada dan apa/kondisi yang seharusnya ada. Kebutuhan belajar (learning needs) atau kebutuhan pendidikan (education need) adalah kesenjangan yang dapat diukur antara hasil belajar atau kemampuan yang ada sekarang dan hasil belajar atau kemampuan yang diinginkan/dipersyararatkan. Menurut prof. Djuju Sudjana kebutuhan belajar dapat diartikan sebagai suatu jarak antara tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang dimiliki pada suatu saat dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang ingin diperoleh sesorang, kelompok, lembaga, dan/atau masyarakat yang hanya dapat dicapai melalui kegiatan belajar.





BAB III

Pembahasan

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai suatu hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak baik menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dll. Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi yang sebenarnya. Jadi pengertian Identifikasi kebutuhan belajar adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meneliti dan menemukan hal-hal yang diperlukan dalam belajar dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri, baik itu proses belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal), maupun masyarakat (non-formal).

Pada tahap pengidentifikasian kebutuhan belajar ini, sebaiknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar.
c. Peserta didik dibantu untuk mengenali dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari luar
Kebutuhan belajar itu beragam hingga setiap orang cenderung memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Dalam satu kelompok yang memiliki sepuluh orang anggota mungkin akan terdapat lebih dari sepuluh macam kebutuhan belajar setiap anggotanya anggotanya. Kebutuhan yang dirasakan oleh seseorangpun mungkin akan berbeda apabila ruang dan waktu pun berbeda. Kebutuhan belajar yang dirasakan oleh seseorang yang berada didaerah pedesaan mungkin akan berbeda dengan kebutuhan belajar yang dirasakan apabila orang tersebut tinggal di kota. Kebutuhan belajar yang dirasakan tahun lalu mungkin akan berbeda pula dengan kebutuhan belajar yang akan dirasakan pada tahun mendatang. Apabila suatu kebutuhan belajar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang harus dipenuhi melalui kegiatan belajar.
Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi melalui pendekatan perorangan. Identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang cocok sehingga dapat mengungkap informasi yang dinyatakan oleh setiap individu yang merasakan kebutuhan belajar. Instrumen itu antara lain adalah wawancara, angket, dan kartu atau dokumen.
Kebutuhan belajar yang dirasakan sama oleh setiap individu dalam suatu kelompok disebut kebutuhan belajar kelompok. Kebutuhan belajar kelompok ini pada umumnya daat dipenuhi melalui kegiatan belajar bersama atau kegiatan belajar kelompok. Wadah kegiatan belajar bersama dalam suatu kelompok itu disebut kelompok belajar. Kelompok belajar bertujuan untuk terjadinya proses belajar yang didasarkan atas kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi sebelumnya. Dengan kata lain bahwa hasil identifikasi kebutuhan bahan belajar itu dijadikan bahan masukan dalam penyusunan kurikulum atau program belajar. Kurikulum ini dapat meliputi antara lain pengetahuan keterampilan, dan/atau sikap yang akan dipelajari dalam kelompok belajar.
Kebutuhan belajar dapat disusun kedalam berbagai golongan. Beberapa pakar pendidikn dan peneliti kebutuhan belajar yang dikemukakan dibawah ini dibuat oleh Johnstone dan rivera (1965) dalam buku “Volunteers of Learning” yakni :
a. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan;
- Peningkatan keterampilan untuk melaksanakan tugas professional.
- Keterampilan untuk melakukan pelatihan dan pembelajaran.
- Pengetahuan dan keterampilan manajerial/administrasi perusahaan
- Keterampilan menggunakan teknik advertensi dan pemasaran.
- Pengetahuan dan keterampilan manajemen perkantoran .
- Keterampilan dalam menggunakan alat kerja
- Keterampilan untuk membuat dan memelihara alat perlengkapan kerja.
- Keterampilan untuk membantu dan melayani orang lain, staf, dan pekerja.


b. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan kegemaran dan rekreasi;
- Keterampilan berolah raga
- Keterampilan membuat dekorasi
- Keterampilan tari-menari
- Keterampilan permainan
- Keterampilan menggunakan alat musik
- Keterampilan melukis dan memahat
- Keterampilan rekreasi lainnya

c. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan keagamaan;
- Peningkatan pengetahuan tentang agama yang dianut dan cara pengalamanya
dalam kehidupan sehari-hari.
- Peningkatan kesadaran dan sikap beragama
- Pengetahuan dan keterampilan tentang cara-cara untuk mempelajari dan menyiarkan agama

d. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan penguasaan bahasa dan pengetahuan umum;
- Pengetahuan dan keterampilan bahasa asing
- Pengetahuan dan keterampilan tentang kesusasteraan
- Pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah
- Pengetahuan dan keterampilan ppenggunaan matematika dan statistika
- pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan alamiah
- pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu social

e. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kerumahtanggaan;
- Keterampilan tata busana
- Keterampilan tata boga
- Keterampilan meningkatkan pendapatan keluarga
- Keterampilan membina keluarga sehat.

f. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan penampilan diri;
- keterampilan memelihara kesegaran jasmani
- keterampilan membaca cepat
- keterampilan belajar secara aktif
- keterampilan berbicara di depan umum
- keterampilan berkomunikasi secara efektif
- keterampilan bergaul di masyarakat

g. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan peristiwa baru;
- pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di dalam negeri
- pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di luar negeri
- pengetahuan tentang berbagai aliran politik
- pengetahuan tentang cara menjadi warga negara yang baik

h. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan usaha dibidang pertanian;
- keterampilan mengolah tanah , memilih bibit , dan memelihara tanaman
- keterampilan memberantas penyakit dan hama tanaman
- keterampialan mengolah hasil pertanian dan memasarkannya
- keterampilan beternak hewan dan ikan
- keterampilan membina usaha pertanian

i. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan pelayanan jasa ;
- keterampilan mengemudi
- keterampilan perbengkelan
- keterampilan pelayanan jasa angkutan
- keterampilan yang berkaitan dengan jasa lainnya   



Model Pengukuran Kebutuhan Belajar

model pengukuran kebutuhan belajar merupakan bentuk pengukuran terhadap hal-hal yang harus ada dan dibutuhkan dalam kegiatan belajar, yang disajikan oleh pendidik (guru) dan disesuaikan dengan program pembelajaran yang dilakukan. Terdapat tiga (3) model pengukuran dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu model induktif, model deduktif dan model klasik (Koufman, 1972).

1. Model Induktif

Pendekatan yang digunakan dalam model Induktif menekankan pada usaha yang dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas, dan menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung pada kemampuan yang telah dimiliki setiap peserta didik, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai dengan tuntutan yang datang kepada dirinya. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt needs) atau kebutuhan belajar dalam pendidikan yang dirasakan langsung oleh peserta didik. Pelaksanaan identifikasinya pun harus dilakukan secara langsung kepada peserta didik itu sendiri.

Model Induktif ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1). dapat diperoleh informasi yang langsung, 2). tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta didik, sehingga memudahkan kepada guru (pendidik) untuk memilih materi belajar yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Namun, kelemahannya pun ada, yaitu; dalam menetapkan materi pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk peserta didik yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang banyak. Karena setiap peserta didik yang mempunyai kecenderungan ingin atau harus belajar dimintai informasinya mengenai kebutuhan belajar yang mereka inginkan.

Model induktif memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
- Mulai dari pengukuran tingkah laku siswa pada saat sekarang;
- Kemudian mengelompokkan dalam kawasan program dari sudut tujuan (umum) yang diharapkan;
- Harapan-harapan tersebut dibandingkan dengan tujuan yang besar yang ada pada kurikulum, baru lahirlah kesenjangan.
- Untuk menyediakan program, maka disusun tujuan secara terperinci dalam program yang tepat, dilaksanakan, dievaluasi, dan direvisi.

Pelaksanaan pengukuran (assessment) kemampuan yang telah dimiliki calon peserta pelatihan disesuaikan dengan kondisi calon itu sendiri. Apabila calon sudah bisa membaca dan menulis, maka identifikasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemberian angket, atau juga bisa melalui wawancara, dengan pokok-pokok pertanyaan diantaranya (contoh) : Kemampuan apa yang diinginkan untuk dipelajari pada kesempatan sekarang? atau Ingin belajar apa sekarang? Juga dapat dilakukan melalui pengajuan daftar isian atau kartu kebutuhan belajar. Calon peserta menjawab dan mengisi kuesioner pada bagian yang sudah disediakan. Begitu pula, apabila peserta pelatihan diberi kartu Kebutuhan Belajar, maka peserta pelatihan (sasaran) tinggal menuliskan jenis kemampuan yang ingin dipelajarinya pada kartu, yang telah disediakan.


Setelah memperoleh sejumlah kebutuhan belajar baik dari satu atau beberapa peserta, maka pendidik perlu menetapkan prioritas kebutuhan belajar. Penetapan prioritas ini dapat dilakukan pendidik bersama-sama peserta didik atau dilakukannya sendiri, yang kemudian diinformasikan lebih lanjut kepada peserta yang didasarkan kepada hasil jenis kebutuhan belajar yang diperoleh. Teknik yang digunakan untuk penetapan ini dapat dilakukan melalui diskusi, atau curah. pendapat, atau pasar data. Pengajuan prioritas dari setiap peserta pelatihan dibarengi dengan alasan-alasannya. Namun demikian, pada akhirnya penetapan prioritas ini perlu disesuaikan dengan berbagai macam kemungkinan dari segi bahan belajar, sumber belajar, waktu, serta sarana penunjang lainnya. Apabila pendidik sudah memperoleh penetapan prioritas, maka pendidik bertugas untuk mengembangkan materi pembelajaran, serta menyelenggarakan proses belajar.

2. Model Deduktif

Pendekatan pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian bahwa identifikasi kebutuhan pembelajaran dilakukan secara umum, dengan sasaran yang luas. Apabila akan menetapkan kebutuhan belajar untuk peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta didik (sasaran). Hasil identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta didik (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi belajar yang bersifat universal. Hal ini sebagaimana telah dilakukan dalam menetapkan kebutuhan belajar minimal untuk peserta didik dengan sasaran tertentu seperti melihat latar belakang pendidikan, usia, atau jabatan dll. Kemudian dikembangkan ke proses belajar dalam pembelajaran yang lebih khusus.

Keuntungan dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga ada kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga yang murah, dan relatif lebih efesien dibanding dengan tipe induktif, karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam pelatihan secara umum. Namun demikian, model ini mempunyai kelemahan dari segi efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta didik (sasaran) diduga memiliki karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan hasil identifikasi tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa keanekaragaman peserta didik cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang berbeda.

Kebutuhan belajar hasil identifikasi model deduktif termasuk jenis kebutuhan terduga (expected needs), dalam pengertian bahwa peserta didik pada umumnya diduga membutuhkan jenis kebutuhan belajar tersebut. Hal menarik bahwa, pernyataan jenis kebutuhan bisa tidak diungkapkan oleh diri peserta didik secara langsung, akan tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami tentang kondisi peserta didik. Oleh karena itu, mengapa banyak terjadi "Drop out dalam pembelajaran", atau kebosanan belajar, tidak adanya motivasi, malas, karena ada kecenderungan bahan belajar yang dipelajarinya dalam pembelajaran kurang sesuai dengan kebutuhan belajar yang dirasakannya.

Model deduktif memilki langkah-langkah sebagai berikut:
- Dimulai dari tujuan umum berupa pernyataan hasil belajar yang diharapkan;
- Kembangkan ukuran / kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu;
- Kumpulkan data untuk mengetahui adanya kesenjangan;
- Atas dasar kesenjangan – kesenjangan tersebut disusun tujuan khusus secara detail;
- Program dikembangkan, dilaksanakan, dan di evaluasi.




Identifikasi pada model ini dilakukan secara universal kepada tiga pihak sasaran, yaitu:

1. Keluarga peserta pelatihan atau anggota masyarakat lain yang berkepentingan dengan pendidikan.

2. Pelaksana dan Pengelola Pelatihan: Kepala, penyelenggara, pelatih (tutor) dll. Sasaran ini memiliki pengalaman tentang wujud penyelenggaraan pelatihan yang telah diselenggarakan serta berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kegiatan belajar.

3. Peserta pelatihan, untuk setiap jenis materi pembelajaran yang akan dikembangkan di kelas, sasaran ini ditetapkan untuk mencocokan keinginan dan kemampuan pelatih (tutor) dalam mengembangkan proses dan materi pembelajaran.

Pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan(kebutuhan belajar) pada model deduktif ini dimulai dari identifikasi kepada kedua pihak (keluarga, orang tua, dan pengelola pelatihan) kemudian penetapan keputusannya disesuaikan dengan jenis kebutuhan pelatihan yang diharapkan oleh peserta. Teknik yang digunakan dalam kegiatan identifikasi kebutuhan model ini adalah kuesioner, dan inventori yang disampaikan kepada ketiga pihak di atas, yang intinya menanyakan atau menyusun daftar jenis-jenis kebutuhan belajar yang diduga diperlukan untuk peserta.

Sebagai contoh:
Materi-materi apa yang perlu dimiliki oleh peserta pelatihan (sasaran), sesuai dengan mata pelajaran dalam pelatihan ……….. ?
1. ...............
2. ...............
3. ...............
4. ...............
5. ...............

Hasil identifikasi tersebut dikelompokan ke dalam rumpun-rumpun pengetahuan dan keterampilan, kemudian ditetapkan prioritas. Selanjutnya, jenis kebutuhan belajar dalam pembelajaran yang terpilih dikembangkan ke dalam bentuk program belajar yang akan digunakan oleh peserta (sasaran). Begitu pula dalam memilih metode, bahan dan alat pembelajaran dalam proses pembelajaran.

3. Model Klasik

Model klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta (sasaran). Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pendidik telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum, misalnya; Kurikulum pelatihan prajabatan, kurikulum pelatihan kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan, modul, hand-out dll. Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan secara terbuka dan langsung kepada peserta didik (sasaran) yang sudah ada di kelas. Pendidik mengidentifikasi kesenjangan di antara kemampuan yang telah dimiliki peserta didik dengan bahan belajar yang akan dipelajari. Tujuan dari model klasik ini adalah untuk mendekatkan kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang akan dipelajari, sehingga peserta pelatihan didik tidak akan memperoleh kesenjangan dan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang baru. Keuntungan dari model ini adalah untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari bahan belajar, di samping kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi modal untuk memahami bahan belajar yang baru. Kelemahannya adalah bagi peserta didik yang terlalu jauh kemampuan dasarnya dengan bahan belajar yang akan dipelajari menuntut untuk mempelajari terlebih dahulu kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari kebutuhan belajar yang diharapkannya membutuhkan waktu yang lama.

Kegiatan identifikasi kebutuhan belajar model klasik ini dilakukan pendidik kepada peserta didik, dengan cara pemberian tes, wawancara, atau kartu kebutuhan belajar, untuk menetapkan kemampuan awal peserta (entry behavior level). Selanjutnya, kemampuan awal tersebut dibandingkan dengan susunan pengetahuan yang terdapat dalam materi (modul, satpel dll) yang sudah ada. Apabila pendidik memperoleh hasil bahwa kemampuan peserta didik di bawah batas awal bahan belajar yang terdapat pada program belajar, maka peserta didik perlu memberikan supplement terlebih dahulu, sampai mendekati batas bahan pelatihan yang akan dipelajari. Namun, apabila pendidik memperoleh hasil bahwa kemampuan awal sudah berada pada pokok bahasan yang ada pada program, maka peserta pembelajaran bertugas untuk menetapkan strategi belajar dalam pelatihan yang tepat untuk membelajarkan peserta dari pokok bahasan pertama. Penetapan metode belajar ini ditujukan untuk menghilangkan kebosanan pada diri peserta.

Menganalisis Kebutuhan Pembelajaran.

Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1. Kebutuhan Normatif
    Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.

Melakukan Analisis Kebutuhan   
Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni perencanaan, pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir.
Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001 : 32)
Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi) (Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan.
 Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data. (Morrison, 2001: 33-34).
Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan.
Strategi Penilaian Kebutuhan.
Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need assessment.
Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut:
1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa atau ‘leaner’ tentang seperti masalah yang sedang dihadapi.
2. Tipe  pertanyaan  yang  menanyakan  kepada  siswa  untuk mengungkapkan prioritas-prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan ?
3. Tipe   pertanyaan   yang   meminta   kepada   siswa   untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek
4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran tersebut ?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan untuk ... ?
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1.
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen.
Langkah 2.
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus dinilai terlebih dahulu dari segi:
- Tingkat signifikasi pengaruhnya.
- Luas ruang lingkup.
- Pentingnya peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau program.
 Langkah 3.
Yang dilakukan dalam langkah ini:
a.  Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui observasi,wawancara, analisa logis.
b. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada pihak lain.
c. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.
Langkah 4.
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7.
Langkah 6.
 Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.
 Langkah 7.
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah 8.
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk diketahui peserta.























BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Sebagai pengajar Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya

Saran
Dalam menghadapi berbagai macam peserta didik yang memiliki kebutuhan dalam pembelajaran yang berbeda – beda , maka sebaiknya pihak pengajar mempersiapkan atau melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap peserta didik , agar nantinya pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.






















DAFTAR PUSTAKA

Abidin, zaenal (2007) ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DAN ANALISIS PEMBELAJARAN DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN. http://eprints.ums.ac.id/469/ (diakses 22 september 2011).


Emirita, 2011.Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran. http://bukuharianbarbie.blogspot.com/2011/05/identifikasi-kebutuhan-belajar.html?zx=44346de66897f370 (diakses tanggal 22 september 2011)


Focus cakrawala, 2010. Hakikat Kebutuhan. http://blog.unm.ac.id/rudiamir/2010/02/15/hakikat-kebutuhan/
(diakses tanggal 22 september 2011).


Yayan , 2009.Kebutuhan belajar masyarakat. http://kebutuhanbelajar.blogspot.com/
(diakses tanggal 22 september 2011).




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...