Karakteristik Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
1. Orientasi pendidikannya
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak dilapangan kerja
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau justifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.
3. Fokus kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan.
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak dilapangan kerja
2. Justifikasi untuk eksistensinya
Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau justifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.
3. Fokus kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan.
6. Perbekalan logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar dilapangan.
Peran dan Tugas Guru Kejuruan
Adopting the role of the teacher (mengadopsi peran
sebagai guru)
Peran pengajar yang baik meliputi kemampuan membangun perilaku peserta didik yang positif, mampu melakukan evaluasi diri untuk pengembangan, kemampuan melakukan pendekatan berbeda ke peserta didik yang memiliki kebutuhan dan karakter berbeda, dan juga pengajar harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Suatu lembaga pendidikan kejuruan harus memiliki pengajar yang memiliki kompetensi yang memadai untuk mampu menjalankan perannya. Seorang "guru" dalam pendidikan kejuruan adalah individu yang memiliki latar belakang teknis dan pengalaman kerja yang memadai di bidang teknis tertentu, hal ini mutlak diperlukan agar pengajar kejuruan bisa menjadi model (teladan) bagi para peserta didik. Bahkan, idealnya seorang "instruktur" di pendidikan kejuruan adalah para "master" di di dunia kerja yang "diutus" untuk mendidik calon-calon "master" di masa depan. Proses pembelajaran di pendidikan kejuruan tidak hanya sekedar men-transfer knowledge dan skill, tetapi juga pembentukan sikap kerja yang selaras dengan bidang kerja masing-masing.
Planning and organizing learning (merencanakan dan mengorganisir pembelajaran)
Pengajar harus bisa melakukan perencanaan dan eksekusi proses pembelajaran, diantaranya harus bisa mengidentifikasi sasaran pembelajaran dan membuat rencana pengajaran yang baik sehingga proses bisa berjalan terarah. Khusus pendidikan kejuruan, diperlukan kemampuan pengajar untuk merencanakan dan melakukan proses pembelajaran “learning by doing” yang efektif. Proses pembelajaran di pendidikan kejuruan memiliki keunikan tersendiri karena sasaran akhirnya adalah "kompetensi kerja" dimana peserta didik harus mampu melakukan suatu bagian pekerjaan tertentu hingga tuntas.
Pengajar juga harus mampu menggunakan sumber daya pembelajaran lain (seperti alat bantu ajar, materi belajar, worksheet, lab atau workshop, dll) secara efektif dan efisien. Persiapan mengajar yang matang adalah kunci keberhasilan para pengajar kejuruan, termasuk koordinasi dengan seluruh pihak terkait dengan pembelajaran. Hal-hal kecil harus diatur dan direncanakan dengan baik agar proses belajar bisa efektif. Worksheet yang rinci adalah kunci agar kegiatan praktek berjalan lancar. Bayangkan jika ternyata ada kesalahan prosedur yang tertulis, maka kegiatan praktek pasti akan terkendala dan memakan waktu untuk kembali berjalan normal. Padahal efisiensi waktu praktek sangat dibutuhkan karena biasanya waktu praktek tidak sebanding dengan ketersediaan alat/bahan dan jumlah siswa yang melakukan praktek. Pengajar harus mampu menjadi manajer handal dalam mengelola proses ini.
Peran pengajar yang baik meliputi kemampuan membangun perilaku peserta didik yang positif, mampu melakukan evaluasi diri untuk pengembangan, kemampuan melakukan pendekatan berbeda ke peserta didik yang memiliki kebutuhan dan karakter berbeda, dan juga pengajar harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Suatu lembaga pendidikan kejuruan harus memiliki pengajar yang memiliki kompetensi yang memadai untuk mampu menjalankan perannya. Seorang "guru" dalam pendidikan kejuruan adalah individu yang memiliki latar belakang teknis dan pengalaman kerja yang memadai di bidang teknis tertentu, hal ini mutlak diperlukan agar pengajar kejuruan bisa menjadi model (teladan) bagi para peserta didik. Bahkan, idealnya seorang "instruktur" di pendidikan kejuruan adalah para "master" di di dunia kerja yang "diutus" untuk mendidik calon-calon "master" di masa depan. Proses pembelajaran di pendidikan kejuruan tidak hanya sekedar men-transfer knowledge dan skill, tetapi juga pembentukan sikap kerja yang selaras dengan bidang kerja masing-masing.
Planning and organizing learning (merencanakan dan mengorganisir pembelajaran)
Pengajar harus bisa melakukan perencanaan dan eksekusi proses pembelajaran, diantaranya harus bisa mengidentifikasi sasaran pembelajaran dan membuat rencana pengajaran yang baik sehingga proses bisa berjalan terarah. Khusus pendidikan kejuruan, diperlukan kemampuan pengajar untuk merencanakan dan melakukan proses pembelajaran “learning by doing” yang efektif. Proses pembelajaran di pendidikan kejuruan memiliki keunikan tersendiri karena sasaran akhirnya adalah "kompetensi kerja" dimana peserta didik harus mampu melakukan suatu bagian pekerjaan tertentu hingga tuntas.
Pengajar juga harus mampu menggunakan sumber daya pembelajaran lain (seperti alat bantu ajar, materi belajar, worksheet, lab atau workshop, dll) secara efektif dan efisien. Persiapan mengajar yang matang adalah kunci keberhasilan para pengajar kejuruan, termasuk koordinasi dengan seluruh pihak terkait dengan pembelajaran. Hal-hal kecil harus diatur dan direncanakan dengan baik agar proses belajar bisa efektif. Worksheet yang rinci adalah kunci agar kegiatan praktek berjalan lancar. Bayangkan jika ternyata ada kesalahan prosedur yang tertulis, maka kegiatan praktek pasti akan terkendala dan memakan waktu untuk kembali berjalan normal. Padahal efisiensi waktu praktek sangat dibutuhkan karena biasanya waktu praktek tidak sebanding dengan ketersediaan alat/bahan dan jumlah siswa yang melakukan praktek. Pengajar harus mampu menjadi manajer handal dalam mengelola proses ini.
Management of learning (pengelolaan pembelajaran)
Pengajar harus memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat belajar yang sesuai dengan sasaran pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang positif, menyiapkan materi belajar yang relevan dan menyenangkan bagi para peserta didik, serta juga harus mampu mengoperasikan berbagai sumber daya pendukung pembelajaran (seperti LCD, online learning tools, dll).
Dalam pendidikan kejuruan, kemampuan mengelola dengan baik proses pembelajaran sangat diperlukan, bahkan jauh lebih tinggi dibanding dengan pada proses pembelajaran di pendidikan umum.
Salah satu tantangan utama bagi pengelolaan pembelajaran kejuruan adalah pada pengaturan pembelajaran teori dan pembelajaran praktek (baik in-class, in-lab maupun in-field). Banyak kejadian dimana kegiatan belajar praktek tidak terlaksana dengan baik karena kurangnya koordinasi antara pengelola lab, pengajar dan pengelola jadwal pembelajaran. Bukan karena lab atau workshop (bengkel) tidak ada, namun dalam keadaan tidak siap pakai. Lab/workshop readiness (harus mencapai minimal 90% setiap saat) adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan kejuruan.
Manajemen pembelajaran di pendidikan kejuruan harus betul-betul dijalankan secara sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan proses kerja. Perlu diatur sebaik-baiknya koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk dengan pihak eksternal seperti perusahaan tempat praktek.
Assessment and evaluation of teaching (melakukan penilaian dan evaluasi pengajaran)
Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi mutlak dimiliki oleh para pengajar agar proses pembelajaran berjalan sesuai sasaran dan tuntas. Hal-hal penting yang harus dilakukan adalah pelaksanaan penilaian dan evaluasi yang bisa mengukur kemajuan proses belajar dan outputnya. Tidak lupa juga adalah evaluasi terhadap pengajar yang dilakukan oleh siswa dan rekan sejawat, serta pelaksanaan berbagai jenis teknik evaluasi pembelajaran untuk memperkaya proses pembelajaran agar output juga sesuai harapan. Evaluasi pada prinsipnya bisa dilakukan pada pengajar, peserta didik dan juga prosesnya.
Pada pendidikan kejuruan, penilaian dan evaluasi memiliki ciri khas pada aspek "kesesuaian dengan standar kerja". Seorang peserta didik yang sangat menguasai teori dan praktek dasar bisa tidak berhasil lolos tes "kecakapan kerja" jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan prakteknya secara tuntas dan tepat waktu misalnya. Sertifikasi terhadap kompetensi kerja diakhir proses pendidikan adalah salah satu bentuk "ujian komprehensif" bagi pendidikan kejuruan. Penilai idealnya tidak hanya berasal dari pengajar internal, tetapi juga dari kalangan profesional yang berkecimpung di bidang terkait.
Pengajar harus memiliki kemampuan dalam menyiapkan tempat belajar yang sesuai dengan sasaran pembelajaran, menciptakan suasana belajar yang positif, menyiapkan materi belajar yang relevan dan menyenangkan bagi para peserta didik, serta juga harus mampu mengoperasikan berbagai sumber daya pendukung pembelajaran (seperti LCD, online learning tools, dll).
Dalam pendidikan kejuruan, kemampuan mengelola dengan baik proses pembelajaran sangat diperlukan, bahkan jauh lebih tinggi dibanding dengan pada proses pembelajaran di pendidikan umum.
Salah satu tantangan utama bagi pengelolaan pembelajaran kejuruan adalah pada pengaturan pembelajaran teori dan pembelajaran praktek (baik in-class, in-lab maupun in-field). Banyak kejadian dimana kegiatan belajar praktek tidak terlaksana dengan baik karena kurangnya koordinasi antara pengelola lab, pengajar dan pengelola jadwal pembelajaran. Bukan karena lab atau workshop (bengkel) tidak ada, namun dalam keadaan tidak siap pakai. Lab/workshop readiness (harus mencapai minimal 90% setiap saat) adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan kejuruan.
Manajemen pembelajaran di pendidikan kejuruan harus betul-betul dijalankan secara sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan perbaikan proses kerja. Perlu diatur sebaik-baiknya koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk dengan pihak eksternal seperti perusahaan tempat praktek.
Assessment and evaluation of teaching (melakukan penilaian dan evaluasi pengajaran)
Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi mutlak dimiliki oleh para pengajar agar proses pembelajaran berjalan sesuai sasaran dan tuntas. Hal-hal penting yang harus dilakukan adalah pelaksanaan penilaian dan evaluasi yang bisa mengukur kemajuan proses belajar dan outputnya. Tidak lupa juga adalah evaluasi terhadap pengajar yang dilakukan oleh siswa dan rekan sejawat, serta pelaksanaan berbagai jenis teknik evaluasi pembelajaran untuk memperkaya proses pembelajaran agar output juga sesuai harapan. Evaluasi pada prinsipnya bisa dilakukan pada pengajar, peserta didik dan juga prosesnya.
Pada pendidikan kejuruan, penilaian dan evaluasi memiliki ciri khas pada aspek "kesesuaian dengan standar kerja". Seorang peserta didik yang sangat menguasai teori dan praktek dasar bisa tidak berhasil lolos tes "kecakapan kerja" jika tidak bisa menyelesaikan pekerjaan prakteknya secara tuntas dan tepat waktu misalnya. Sertifikasi terhadap kompetensi kerja diakhir proses pendidikan adalah salah satu bentuk "ujian komprehensif" bagi pendidikan kejuruan. Penilai idealnya tidak hanya berasal dari pengajar internal, tetapi juga dari kalangan profesional yang berkecimpung di bidang terkait.
Dalil Pendidikan Kejuruan
Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952)
adalah seorang praktisi dan akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap
sebagai bapak pendidikan kejuruan, terutama di Amerika. Prosser juga adalah
seorang guru Fisika dan Sejarah di New Albany
High School dan mendapatkan gelar PhD
dari Columbia University. Di kalangan akademisi
pendidikan vokasi dan kejuruan di Indonesia, Prosser cukup dikenal
sebagai penyusun 16 Prinsip Pendidikan Vokasi atau sering juga disebut sebagai
16 Dalil Prosser.
Prosser yakin bahwa sekolah harus membantu para
siswanya untuk mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan
terus maju dalam karir. Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk
publik sebagai alternatif terhadap sekolah umum yang sudah ada. Sekolah
vokasional yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran untuk
berbagai jenis pekerjaan yang ada di industri. Prosser percaya bahwa pendidikan
vokasional di jenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa
lebih independen.
Prosser terkenal dengan prinsip-prinsipnya dalam pendidikan vokasional,
yaitu :- Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
- Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
- Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
- Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
- Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
- Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
- Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
- Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
- Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
- Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
- Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
- Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
- Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
- Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
- Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
- Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model pembelajaran
adalah seperangkat prinsip-prinsip pengajaran spesifik, terintegrasi dan
praktis yang digunakan guru secara implisit atau eksplesit tentang
konsepsi pengajaran yang efektif, dimana model-model ini berisikan material dan
manual yang spesial untuk digunakan guru dalam pembelajaran Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan: (1) teori-teori belajar, (2) metode pembelajaran, (3)
desain perangkat pembelajaran, (4) strategi pembelajaran, dan (5) model
pembelajaran langsung (kelas) dan praktikum.
Contoh model pembelajaran di PTK
Project
Work
Project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta
didik pada prosedur kerja yang sistematis dan standar untuk membuat
atau menyelesaikan suatu produk (barang atau jasa), melalui proses
produksi/pekerjaan yang sesungguhnya. Model pembelajaran project work
sering digunakan untuk program pembelajaran produktif.Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project
Work
a. Inventarisasi jenis pekerjaan (job), standar kompetensi
dan produk yang dapat dihasilkan.1) Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi standar kompetensi (SK) yang terdapat dalam kurikulum/silabus.
SK1 …………………………..
SK2 …………….……………..
SK3 …………….……………..
Dst ……….…………………….
b. Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu: kepada jenis pekerjaan yang ada di kurikulum, Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku, dan atau standar pekerjaan lain yang ada di DU/DI/masyarakat. Setiap kompetensi keahlian pada umumnya memiliki lebih dari satu bidang/jenis pekerjaan yang dapat di isi oleh lulusan.
P.1 ………………………………………….
P.2 ………………………………….………
P.3 …………………………………..………
Dst.
c. Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap Pekejaan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk yang dapat dihasilkan oleh setiap bidang/jenis pekerjaan sehingga peserta didik memilki orientasi produk yang akan dihasilkan pada setiap pembelajaran.
Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang Pekerjaan
No
|
Bidang/Jenis Pekerjaan
|
Nama Produk (barang/Jasa)
|
1
|
P1
|
Pr1
|
Pr2
|
||
2
|
P2
|
Pr3
|
Pr3
|
||
3
|
P3
|
Pr4
|
Pr5
|
d. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk (Barang/Jasa)
Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan, bidang pekerjaan, dan produk tersebut, selanjutnya dianalisis standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap produk dan bidang pekerjaan dengan menggunakan tabel.
Tabel . Analisis Standar Kompetensi Terhadap Jenis Produk
Standar
Kompe-
tensiProduk
|
Kode Standar Kompetensi |
|||||||
SK1
|
SK2
|
SK3
|
SK4
|
SK5
|
SK6
|
SK7
|
SKn
|
|
Pr1
|
√
|
√
|
√
|
|||||
Pr2
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
Pr3
|
||||||||
Prn
|
Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama barang/jasa), sedangkan kolom berikutnya diisi dengan kode Standar Kompetensi hasil inventarisasi (Kurikulum/Silabus).
Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk (barang/jasa) dengan memberi tanda cek (√) pada kolom standar kompetensi terkait.
Hasil analisis Standar Kompetensi terhadap Jenis Produk pada tabel 2 dapat dimaknai sebagai berikut.
- Produk (Pr1) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1, SK2, SK4
- Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan pada pembelajaran SK1, SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya untuk Produk yang lain.
- Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai pilihan peserta didik sebagai media pembelajaran SK1 dan SK2
- Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi terhadap produk yang ada, maka guru menetapkan alternatif produk yang akan dikembangkan untuk setiap standar kompetensi yang dipelajari. Alternatif produk dapat dipilih oleh peserta didik.
Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi terhadap produk, guru diminta untuk menetapkan bukti-bukti belajar (Evidence Of Learning) yang akan digunakan sebagi acuan dalam penilaian hasil belajar peserta didik.
2. Pelaksanaan Model
Pembelajaran Pendekatan Project Work
Pembelajaran dengan pendekatan Project Work dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.a. Guru menyampaikan:
- tujuan pembelajaran yang akan dicapai
- strategi pembelajaran dengan pendekatan project work
- alternatif judul/nama produk/jasa yang dapat dipilih peserta.
- ruang lingkup standar kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik untuk setiap judul/nama produk/jasa
- menyusun dan menetapkan pedoman penilaian kompetensi sesuai dengan judul project work
- memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik dengan memanfaatkan lembar bimbingan.
- memilih salah satu judul/nama produk/jasa. Dan menyusun rencana Project Work sesuai dengan judul yang dipilih. Kerangka rencana Project Work sebagai berikut.
2) KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK/JASA.
3) SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)
4) BAHAN PRODUKSI
5) FASILITAS/PERALATAN PRODUKSI
6) PROSES PRODUKSI
- RENCANA ANGGARAN BIAYA
- SASARAN PASAR/KONSUMEN
- JADWAL PELAKSANAAN
- melakukan proses belajar sesuai dengan proses produksi yang telah direncanakan. Kegiatan dilakukan sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam proposal di bawah bimbingan dan pengawasan guru. Proses belajar menekankan pada pencapaian standar kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar (learning evidence) dan diorganisasi dalam bentuk portofolio.
- mengorganisasi bukti belajar sebagai portofolio.
- melaksanakan kegiatan kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
- menyusun laporan sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh.
- Penilaian Hasil Belajar
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai mengacu pada Pedoman Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK.
DAFTAR PUSTAKA
http://1ptk.blogspot.com/2012/04/peran-dan-tugas-guru-kejuruan.html
(diakses 14 april 2012)
http://anggaradian.wordpress.com/2012/03/23/kurikulum-pendidikan-kejuruan
(diakses 14 april 2012)
http://1ptk.blogspot.com/2012/01/penerapan-16-dalil-prosser-di-indonesia.html
(diakses 14 april 2012)
http://ft-unm.net/index.php/tema.html
(diakses 14 april 2012)
http://pengawassmk.wordpress.com/2010/12/04/model%E2%80%93model-pembelajaran-di-smk/
(diakses 14 april 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar