Sebuah kisah
yang membuatku setuju bahwa ini adalah inspirasi bagi kita semua dan gelar
“AYAH SEPANJANG ABAD” pantas disandang olehnya.
Bermula dari
kelahiran seorang bayi, ditahun 1962 yang dinyatakan menyandang “Tunadaksa
Spastik dengan Celebral Palsy”. Yaa.. Rick mengalami terputusnya pasokan
Oksigen saat proses kelahirannya. Di duga, ini karena lilitan tali pusar di
lehernya. Dokter yang merawatnya, saat menyampaikan diagnosa, memberikan
gambaran kepada kedua orang tuanya (Dick dan Judy) bahwa seumur hidupnya Rick
akan terus tak mampu melakukan apapun bagaikan sayuran yang telah layu.
Menanggapi
diagnosa dari dokter tersebut, ibu Rick , Judy Hoyt berkata, ”Kami
tidak akan pernah membiarkannya “pergi” (saat itu dokter mengatakan Rick sudah
tidak punya harapan). Kami mencintainya, Dia adalah kami,
Kami akan bekerja sama dengannya. Membawanya sampai di
saat ia akan mencapai pengembangan
potensi terbesarnya. Kita tidak akan pernah, tidak akan pernah membiarkan dia “pergi” hanya
karena dia berbeda ”.
Sejak itu, Rick
dan kedua orang tuanya berjuang keras. Mereka berusaha Rick mendapat kesempatan
sebagaimana anak-anak pada umumnya. Hingga suatu hari orang tuanya menyadari
bahwa bola mata Rick bergerak terus mengikuti gerakan-gerakan orang dan
benda-benda yang mampu bergerak dalam ruangan. Kemudian mereka juga menyadari
bahwa Rick memiliki kecerdasan yang sama, seperti kedua adiknya. Ya, orang
tuanya melihat Rick bereaksi positif, saat diajarkan huruf-huruf
dan hitungan sederhana. Kegembiraan akan kemajuan Rick membuat kedua orang tua
ini menjadi bersemangat dan mendaftarkan Rick pada sekolah umum.
Sayangnya
kegembiraan dan semangat itu terpatahkan. Sekolah yang dimaksud tidak dapat
menerima Rick Dengan alasan, mereka tak dapat menerima murid-murid yang tak
mampu berkomunikasi melalui bahasa lisan maupun isyarat sederhana.
Setelah ditolak, mereka
pergi ke ” Departemen Teknik di Universitas Tuft” . Untuk mencari
tahu apakah pihak universitas, bisa membantu menciptakan alat
komunkasi yang dapat membuat Rick berkomunikasi. Awalnya para
insinyur mengatakan tidak ada yang bisa mereka lakukan. Tak
kenal menyerah, Orang tua Rick bersikeras dan menunjukkan
mereka bahwa Rick mampu berkomunikasi
dan mampu memahami apa yang terjadi di sekelilingnya.
Mereka memcoba memancing perhatian para insinyur dengan mengatakan,
bahwa Rick mulai senang membuat lelucon-lelucon yang sangat menggelikan.
Kepada pihak
universitas, Orang tua Rick menawarkan $ 5.000 untuk membuat perangkat
tersebut. Sebuah jumlah yang sangat besar, mengingat kejadian ini ada
ditahun 80an awal. Sikap ini, membuahkan hasil, terciptalah apa yang keluarga
Hoyt sebut “The Hope Machine”. Dengan mesin ini, Rick mampu
berkomunikasi dengan memanfaatkan kemampuannya. Ia
tinggal menggerakkan kepalanya untuk mengaktifkan touch pad komunikasi.
Layar akan terisi dengan deretan huruf.
Dan ketika dapat menggunakan tumbol saklar yang ada dikepalanya untuk
merubah-rubah letak krusor. Kata pertama? ”Go Bruins!”(saat itu
Boston Bruins baru saja memenangkan Piala Stanley). Jadi mereka
juga menemukan bahwa Rick adalah seorang penggemar olahraga.
Saat
pertama bagi team Hyot.
Dengan alat komunikasi istimewanya, Rick akhirnya dapat mengikuti sekolah umum. “Westfield Middle School”. Guru olahraganya, Dokter Steve Sartori, memperhatikan bahwa Rick selalu berusaha ikut ambil bagian dalam kegiatan olahraga disekolahnya. Fisiknya bukan hambatan untuk terus berusaha mencoba. Rick sangat menikmati saat-saat olahraga tersebut. Beliau menawarkan Rick untuk mencoba sebuah pertandingan yang ditujukan untuk menggalang dana, bagi seorang mahasiswa yang dinyatakan lumpuh dalam sebuah kecelakaan.
Rick senang
sekali, dan meminta ayahnya, Dick Hoyt, untuk diijinkan bergabung. Saat itu
usia Dick telah mencapai 40 tahun, dan ia bukanlah pelari. Tapi ia
bersemangat mensupport putranya. Berdua mereka berlari mengelilingi
lapangan, Dick mendorong kereta roda, yang ditumpangi putranya. Di awal
pertandingan, banyak orang mengatakan mereka tak akan pernah berhasil, bahkan
hanya untuk 1/2 putaran. Ternyata mereka berhasil menyelesaikan dengan baik dan
Rick pun berkata kepada ayahnya Dick Hoyt ”Ayah, saat aku berlari
denganmu tadi, rasanya seperti aku tidak cacat.”
“What I mean when I say I feel like I am not handicapped
when competing is that I am just like the other athletes, and I think most of
the athletes feel the same way. In the beginning nobody would come up to me.
However, after a few races some athletes came around and they began to talk to
me. During the early days one runner, Pete Wisnewski had a bet with me at every
race on who would beat who. The loser had to hang the winner’s number in his
bedroom until the next race. Now many athletes will come up to me before the
race or triathlon to wish me luck.” – Rick Hoyt
Rick akhirnya akan lulus dari Boston University dengan gelar pendidikan khusus,
mengikuti jejak ibunya. Apa yang Rick capai memotivasi adik-adiknya .
Adik Rick yang termuda berkata, ”Saya rasa Rick sendiri, lulus dari statusnya sebagai
penyandang tunadaksa. Ia lulus dari universitas dengan keadaannya yang
tak mampu berbicara verbal. Jika ia saja mampu lulus
dari perguruan tinggi, saya mestinya harus meraih lebih, jika tidak,
itu sama halnya dengan pukulan bagi diri saya.” Mengomentari pendapat
adiknya, Rick menjawab, ”Harapan
saya adalah bahwa dengan melihat apa yang bisa
kulakukan dan mendengarkan prestasi saya,
semua orang, terutama yang masih muda akan menyadari bahwa
saya sama seperti mereka ”.
Pada Februari 2008, Hoyts telah berkompetisi
di acara Ke 958. Semua lomba tersebut adalah lomba-lomba yang cukup
banyak menguras daya tahan tubuh. Bayangkan dengan 66
maraton, triathlon 228
(termasuk enam kompetisi Ironman, 20 Duathlons, dan sekali
bersepeda di seluruh Amerika.) Bisa dipastikan rangkaian perlombaan
itu merupakan hal yang sangat sulit, tetapi Dick terus bersemangat.
Saat dalam lomba lari, Dick mendorong kursi roda yang diduduki Rick
dengan berlari. Saat lomba sepeda, Ia menggunakan sepeda khusus
yang dapat dinaiki berdua dengan Rick. Saat lomba berenang, Dick akan
meletakkan Rick dalam sebuah perahu khusus yang akan ditariknya di setiap
kayuhan tangannya.
Awalnya, ada banyak
pertentangan. Banyak orang yang dengan sinis, menggangap Dick berlebihan dalam
mendidik Rick. Dikatakan, bahwa ini bukan kehendak Rick. Tapi menanggapi
hal ini, Dick menjawab dengan santai setiap kecaman yang datang. Ia menyadari,
bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kontrovesi besar. Ia tidak pernah berfikiran
untuk menyalahkan pendapat negatif tentang dirinya maupun kepada Rick. Ia yakin
suatu saat nanti, orang-orang tersebut akan lebih terbuka dan melihat apa yang
ia lakukan sebagai usaha untuk membuat sebuah jembatan dari perbedaan besar.
Dan betul saja, masyarakat mulai berubah
pendapat ketika tim Hoyt menyelesaikan pertandingan di Bosto Marathon tahun 1981. Perbedaan penerimaan ini,
membuat mereka makin bersemangat dan akhirnya memutuskan untuk mengikuti
perlombaan Triathlon, dimana pesertanya harus berlari, berenang dan bersepeda.
Saat itu Dick memutuskan untuk berlatih berenang dengan menggunakan beban. Hal
yang sangat berat dan sulit. Dick akan mengingat saat-saat dengan berkata
“Aku selalu tenggelam bagai batu pada
awalnya”.. Untuk bersepeda, Dick pun tertawa menyadari ia tidak lagi
mengayuh sepeda setelah ia berumur 6 tahun.
Yang hebat dari hubungan ayah
dan anak ini adalah, keduanya merasa saling terinspirasi satu sama lain.
“Rick adalah
orang yang menginspirasi dan memotivasi saya,
melalui caranya dia mencintai olahraga dan
persaingan,” - Dick Hoyt
“Ayah adalah salah
satu idola saya. Begitu ia menetapkan untuk melakukan
sesuatu, Ayah akan pastikan untuk itu dan apapun itu,
sampai hal itu berhasil dilakukan. Misalnya begitu kita memutuskan untuk benar-benar masuk
ke dalam triathlon, ayah bersungguh-sungguh melatih
dirinya, hingga lima jam sehari,
lima kali seminggu, bahkan ketika dia
bekerja, ia terus berusaha melatih dirinya “-. Rick Hoyt
Mereka berdua juga orang-orang
yang sangat terbuka, Tim Hoyt banyak terinspirasi
dari pesaing sesama mereka. Dukungan dan semangat yang ditujuan
pada mereka memang sangat luar biasa.
“Setiap
kali kami melewati (biasanya pada perlombaan
sepeda) atlet akan berkata” Pergilah untuk memenangkannya”
atau “Rick!, Ayo..bantuanlah ayahmu! ”
Ketika kami melewati orang-orang (biasanya di jalanan),
mereka akan mengatakan “ Go Team Hoyt! ” atau
”Kalau bukan karena Anda, kami tidak akan di
sini melakukan ini.” - Rick Hoyt
Dick dan Rick Hoyt
dianggap sebagai orang-orang yang dapat dijadikan panutan dalam perjuangan
hidup.
Meskipun demikian
Dick Hoyt, dengan tetap rendah hati akan berkata ”Dia (Rick) telah memotivasi dan
menginspirasi saya. Dia orang yang sangat
tangguh,dan ia tidak membiarkan
cacatnya menghalangi hal-hal yang dia suka lakukan,”
Meskipun banyak orang berpendapat bahwa sesungguhnya dalam semua
perlombaan tersebut, Dicklah yang melewati masa-masa sulit. Namun
Dick tetap rendah hati dan terus mempromosikan
anaknya, Rick sebagai “atlet”. Dan akan mengatakan “Saya berada di luar semua perlombaan
itu, Rick yang memenangkannya dengan meminjamkan lengan dan
kaki saya sehingga kita bisa bersaing bersama”.
SUMBER : http://anakspesial-edu.com/blog/cerita-ayah-1-dick-hoyt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar