Online di Internet
ternyata mampu menyebabkan gangguan mental, ada beberapa kondisi atau
keadaan gangguan mental yang bisa menimpa para pelaku online, berat
ringannya gangguan bisa tergantung dengan konsep diri pengguna maupun
beberapa faktor lain. Konsep diri seseorang terukur dari
bagaimana dia mengenal dirinya sendiri melebihi orang lain, menerima kelebihan
dan kekurangan kedalam satu paket. Beberapa gangguan mental tersebut
adalah :
1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online – mengamuk karena mudah tersinggung Online Intermittent Explosive Disorder/OIED)
Seperti para pembunuh berantai, orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya.
Di dalam kehidupan nyata disebut Intermittent Explosive Disorder (IED – tanpa online) adalah suatu gangguan pengendalian diri yang dapat membuat seseorang sanggup melakukan tindakan sadis seperti membantai seluruh anggota keluarga, misalnya, hanya dikarenakan makanan kesukaan mereka dihabiskan oleh salah seorang anggota keluarga yang lain. Mereka cenderung akan mengamuk secara tidak terkendali disebabkan situasi yang tidak dikehendaknya.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
1. Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita.
2. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek.
3. Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu.
Bagian yang paling aneh dari kekacauan kepribadian ini adalah mereka melakukannya – yakni memberikan komentar bernada marah, mengumpat dan mencaci – dengan sambil duduk santai, minum kopi atau sedang bercanda ria dengan teman di sampingnya.
2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT)
Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. Seperti umumnya posting di internet yang selalu mendapatkan tanggapan dan komentar, maka penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu.
Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri – mungkin dengan nama lain – untuk meramaikan tulisannya.
Di alam nyata gangguan ini disebut Low Frustration Tolerance (LFT) yang digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya.
Seseorang dengan LFT sangat tergila-gila dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya sehingga hal-hal lain dalam hidupnya seakan-akan berhenti. Hal itu sebenarnya adalah wujud dari obsesi yang berlebihan dan tidak logis, sehingga mereka melupakan hal-hal lain.
Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet?
Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan.
3. Munchausen di Internet - tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom)
Diidap oleh orang-orang yang bersembunyi di balik perasaan tidak berdosa (inosen), ketika pada suatu hari ia mengalami musibah; binatang kesayangannya, atau orangtua, atau mungkin sahabat karibnya meninggal. Atau barangkali gambaran tentang dia sendiri yang mempunyai suatu penyakit. Dia menuliskan cerita-cerita kesedihan dengan mengharapkan simpati dari pembacanya. Anda akan mengirimi orang ini doa-doa dan berbagai harapan, hadiah-hadiah dan anda berharap dia berhasil melewati masa sulit dengan tabah.
Lalu, beberapa bulan-bulan kemudian, tragedi lain membentur mereka. Sahabat baik mereka ditimpa bencana, atau menjadi lumpuh karena sebuah kecelakaan, dan lain-lain. Beberapa bulan setelah itu, ayah mereka mati. Terus berulang, berbagai cerita duka mengisi hidupnya. Seakan-akan hidupnya dipenuhi kutukan atau perasaan tidak berguna.
Di dalam kehidupan nyata gangguan ini disebut Munchausen Syndrome (MS), suatu istilah yang diambil dari nama seorang tentara Jerman, Baron Munchausen (Karl Friedrich Hieronymus Freiherr von Munchausen, 1720-1797) yang mengaku mempunyai banyak pengalaman fantastik dan petualangan-petualangan yang mustahil, oleh Rudolf Raspe kemudian dituliskan dalam sebuah buku berjudul The Surprising Adventures Baron Munchausen.
MS adalah suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Dalam 1951, Richard Asher memakai istilah itu untuk orang-orang yang berkeliling dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, dengan membuat berbagai cerita berbeda mengenai penyakit-penyakit yang dideritanya.
Penderita kekacauan ini membutuhkan perhatian berupa rasa simpatik dan kasihan dari orang lain dengan menimbulkan kesan kesusahan dan kesulitan pada diri mereka. Apabila sudah kecanduan, mereka sulit untuk menghapuskan kebutuhannya akan rasa belas kasihan orang, dan akan merasakan hidup mereka benar-benar kacau bila tidak melakukan sebuah sandiwara lagi.
Kenapa hal itu bisa terjadi di internet?
Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya.
Suatu kasus yang terkenal adalah sebuah hoax di internet tentang seorang gadis bernama Kaycee Nicole, 19 tahun, yang menderita Leukemia. Tokoh rekaan yang diciptakan oleh Debbie Swenson, 40 tahun, ini menceritakan mengenai penyakit yang diidapnya selama dua tahun di suatu jurnal online dan perjuangannya menghadapi kematiannya. Kaycee lalu “meninggal”, dan ketika tidak ada berita mengenai pemakamannya di dunia nyata, maka sadarlah orang-orang bahwa cerita itu hanyalah bohong belaka.
Dan di lain waktu, Swenson mungkin masih bisa melakukan kebohongnnya berulang kali untuk memenuhi kecanduannya. Bisa saja dia membuat selusin cerita bohong dengan karakter berbeda di internet dengan sumber-sumber yang dipalsukan juga.
4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD)
Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memproternya.
Dalam kehidupan nyata disebut Obsessive-Compulsive Personality Disorder atau OCPD, tapi jangan dikacaukan dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Orang-orang dengan OCPD tidak melakukan ketaatan pada ritual-ritual aneh yang dilakukan pengidap OCD, seperti mengetuk pintu harus tiga kali atau memakan bagian ekor dari ayam goreng pada sesi terakhir setelah seluruh dagingnya habis dimakan, dan lain sebagainya.
Tipe OCPD secara sederhana mempunyai sebuah standar tegas luar biasa yang dengannya tugas-tugas tertentu harus diselesaikan dengan sempurna. Biasanya mereka bersikap tidak mau menerima dengan keras cara-cara lain yang bertentangan dengan standar mereka.
Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet?
Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya.
Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar.
5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya)
Ada sebuah tempat bagi setiap orang di Internet untuk merasa seperti di rumah sendiri. Ketika anda dapat mengisi sebuah kotak pesan dengan para penggemar sebuah situs tertentu, tidak ada sesuatu yang merasa diasingkan.
Setiap forum, chating, atau komunitas online lainnya tampaknya bisa memaksa orang – yang tidak merasa betah sekalipun – untuk tetap tinggal. Mereka dipakasa agar tetap online. Orang-orang ini tetap bebas untuk meninggalkan situs setiap saat, tetapi anehnya mereka tidak melakukannya.
Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian.
Seseorang dengan kebutuhan akan merendahkan diri atau perasaan harus terus-menerus dihukum untuk kesalahan-kesalahannya. Seperti sebuah cara dari alam bawah sadar untuk merasa bahwa dunia sedang membalas dosa-dosa mereka, atau mereka hanya begitu tidak menghargai diri sendiri sehingga mereka tidak bisa mengumpulkan energi untuk membela diri.
Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya.
Tetapi yang lebih umum adalah Online Attention Seeking Behavior atau kebiasaan mencari perhatian secara online, yang siapa pun pernah melakukannya; ibarat menghabiskan waktu jalan-jalan sore dengan seorang anak, dan si anak akan terbiasa dan terus menuntut perhatian seperti itu. Dan yang anehnya, seperti anak-anak yang menganggap bahwa kemarahan orang lain adalah juga cara memperoleh perhatian, maka ada yang beranggapan bahwa memperoleh pelecehan seksual lebih baik daripada diabaikan.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
Jika anda berkata kepada seseorang, “Budi, pergi sana, kamu hanya bikin kacau”. Bisa saja Budi akan marah atau sebaliknya, merasa bahagia karena anda sudah menyebut namanya dan mengakui keberadaannya. Meskipun maksud anda mungkin menghinanya.
Tetapi jika anda mengetik namanya di dinding facebook anda misalnya, maka dia bisa berpikir lain. Ini bukan hanya sebuah perhatian biasa, tetapi sebuah perhatian global yang bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang. Anda ketik “Budi pengacau” dan dia berpikir bahwa hal ini mempopulerkannya.
Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard.
6. Internet Asperger’s Syndrome
Seorang blogger dan pengusaha Internet, Jason Calacanis menciptakan istilah “Internet Aspeger’s Syndrome” untuk menguraikan perihal hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu.
Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam – yang sebagian mungkin main-main – dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu. Begitu juga dengan gambar-gambar penyiksaan, penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang anak didik terhadap temannya di sebuah akademi itu.
Di dalam kehidupan nyata ini disebut Asperger’s Syndrome.
Hal ini jarang didiagose tetapi sering kali diklaim bahwa sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
Calacanis menilai bahwa orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti.
1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online – mengamuk karena mudah tersinggung Online Intermittent Explosive Disorder/OIED)
Seperti para pembunuh berantai, orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya.
Di dalam kehidupan nyata disebut Intermittent Explosive Disorder (IED – tanpa online) adalah suatu gangguan pengendalian diri yang dapat membuat seseorang sanggup melakukan tindakan sadis seperti membantai seluruh anggota keluarga, misalnya, hanya dikarenakan makanan kesukaan mereka dihabiskan oleh salah seorang anggota keluarga yang lain. Mereka cenderung akan mengamuk secara tidak terkendali disebabkan situasi yang tidak dikehendaknya.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
1. Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita.
2. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek.
3. Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu.
Bagian yang paling aneh dari kekacauan kepribadian ini adalah mereka melakukannya – yakni memberikan komentar bernada marah, mengumpat dan mencaci – dengan sambil duduk santai, minum kopi atau sedang bercanda ria dengan teman di sampingnya.
2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT)
Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. Seperti umumnya posting di internet yang selalu mendapatkan tanggapan dan komentar, maka penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu.
Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri – mungkin dengan nama lain – untuk meramaikan tulisannya.
Di alam nyata gangguan ini disebut Low Frustration Tolerance (LFT) yang digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya.
Seseorang dengan LFT sangat tergila-gila dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya sehingga hal-hal lain dalam hidupnya seakan-akan berhenti. Hal itu sebenarnya adalah wujud dari obsesi yang berlebihan dan tidak logis, sehingga mereka melupakan hal-hal lain.
Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet?
Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan.
3. Munchausen di Internet - tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom)
Diidap oleh orang-orang yang bersembunyi di balik perasaan tidak berdosa (inosen), ketika pada suatu hari ia mengalami musibah; binatang kesayangannya, atau orangtua, atau mungkin sahabat karibnya meninggal. Atau barangkali gambaran tentang dia sendiri yang mempunyai suatu penyakit. Dia menuliskan cerita-cerita kesedihan dengan mengharapkan simpati dari pembacanya. Anda akan mengirimi orang ini doa-doa dan berbagai harapan, hadiah-hadiah dan anda berharap dia berhasil melewati masa sulit dengan tabah.
Lalu, beberapa bulan-bulan kemudian, tragedi lain membentur mereka. Sahabat baik mereka ditimpa bencana, atau menjadi lumpuh karena sebuah kecelakaan, dan lain-lain. Beberapa bulan setelah itu, ayah mereka mati. Terus berulang, berbagai cerita duka mengisi hidupnya. Seakan-akan hidupnya dipenuhi kutukan atau perasaan tidak berguna.
Di dalam kehidupan nyata gangguan ini disebut Munchausen Syndrome (MS), suatu istilah yang diambil dari nama seorang tentara Jerman, Baron Munchausen (Karl Friedrich Hieronymus Freiherr von Munchausen, 1720-1797) yang mengaku mempunyai banyak pengalaman fantastik dan petualangan-petualangan yang mustahil, oleh Rudolf Raspe kemudian dituliskan dalam sebuah buku berjudul The Surprising Adventures Baron Munchausen.
MS adalah suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Dalam 1951, Richard Asher memakai istilah itu untuk orang-orang yang berkeliling dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, dengan membuat berbagai cerita berbeda mengenai penyakit-penyakit yang dideritanya.
Penderita kekacauan ini membutuhkan perhatian berupa rasa simpatik dan kasihan dari orang lain dengan menimbulkan kesan kesusahan dan kesulitan pada diri mereka. Apabila sudah kecanduan, mereka sulit untuk menghapuskan kebutuhannya akan rasa belas kasihan orang, dan akan merasakan hidup mereka benar-benar kacau bila tidak melakukan sebuah sandiwara lagi.
Kenapa hal itu bisa terjadi di internet?
Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya.
Suatu kasus yang terkenal adalah sebuah hoax di internet tentang seorang gadis bernama Kaycee Nicole, 19 tahun, yang menderita Leukemia. Tokoh rekaan yang diciptakan oleh Debbie Swenson, 40 tahun, ini menceritakan mengenai penyakit yang diidapnya selama dua tahun di suatu jurnal online dan perjuangannya menghadapi kematiannya. Kaycee lalu “meninggal”, dan ketika tidak ada berita mengenai pemakamannya di dunia nyata, maka sadarlah orang-orang bahwa cerita itu hanyalah bohong belaka.
Dan di lain waktu, Swenson mungkin masih bisa melakukan kebohongnnya berulang kali untuk memenuhi kecanduannya. Bisa saja dia membuat selusin cerita bohong dengan karakter berbeda di internet dengan sumber-sumber yang dipalsukan juga.
4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD)
Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memproternya.
Dalam kehidupan nyata disebut Obsessive-Compulsive Personality Disorder atau OCPD, tapi jangan dikacaukan dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Orang-orang dengan OCPD tidak melakukan ketaatan pada ritual-ritual aneh yang dilakukan pengidap OCD, seperti mengetuk pintu harus tiga kali atau memakan bagian ekor dari ayam goreng pada sesi terakhir setelah seluruh dagingnya habis dimakan, dan lain sebagainya.
Tipe OCPD secara sederhana mempunyai sebuah standar tegas luar biasa yang dengannya tugas-tugas tertentu harus diselesaikan dengan sempurna. Biasanya mereka bersikap tidak mau menerima dengan keras cara-cara lain yang bertentangan dengan standar mereka.
Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet?
Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya.
Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar.
5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya)
Ada sebuah tempat bagi setiap orang di Internet untuk merasa seperti di rumah sendiri. Ketika anda dapat mengisi sebuah kotak pesan dengan para penggemar sebuah situs tertentu, tidak ada sesuatu yang merasa diasingkan.
Setiap forum, chating, atau komunitas online lainnya tampaknya bisa memaksa orang – yang tidak merasa betah sekalipun – untuk tetap tinggal. Mereka dipakasa agar tetap online. Orang-orang ini tetap bebas untuk meninggalkan situs setiap saat, tetapi anehnya mereka tidak melakukannya.
Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian.
Seseorang dengan kebutuhan akan merendahkan diri atau perasaan harus terus-menerus dihukum untuk kesalahan-kesalahannya. Seperti sebuah cara dari alam bawah sadar untuk merasa bahwa dunia sedang membalas dosa-dosa mereka, atau mereka hanya begitu tidak menghargai diri sendiri sehingga mereka tidak bisa mengumpulkan energi untuk membela diri.
Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya.
Tetapi yang lebih umum adalah Online Attention Seeking Behavior atau kebiasaan mencari perhatian secara online, yang siapa pun pernah melakukannya; ibarat menghabiskan waktu jalan-jalan sore dengan seorang anak, dan si anak akan terbiasa dan terus menuntut perhatian seperti itu. Dan yang anehnya, seperti anak-anak yang menganggap bahwa kemarahan orang lain adalah juga cara memperoleh perhatian, maka ada yang beranggapan bahwa memperoleh pelecehan seksual lebih baik daripada diabaikan.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
Jika anda berkata kepada seseorang, “Budi, pergi sana, kamu hanya bikin kacau”. Bisa saja Budi akan marah atau sebaliknya, merasa bahagia karena anda sudah menyebut namanya dan mengakui keberadaannya. Meskipun maksud anda mungkin menghinanya.
Tetapi jika anda mengetik namanya di dinding facebook anda misalnya, maka dia bisa berpikir lain. Ini bukan hanya sebuah perhatian biasa, tetapi sebuah perhatian global yang bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang. Anda ketik “Budi pengacau” dan dia berpikir bahwa hal ini mempopulerkannya.
Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard.
6. Internet Asperger’s Syndrome
Seorang blogger dan pengusaha Internet, Jason Calacanis menciptakan istilah “Internet Aspeger’s Syndrome” untuk menguraikan perihal hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu.
Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam – yang sebagian mungkin main-main – dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu. Begitu juga dengan gambar-gambar penyiksaan, penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang anak didik terhadap temannya di sebuah akademi itu.
Di dalam kehidupan nyata ini disebut Asperger’s Syndrome.
Hal ini jarang didiagose tetapi sering kali diklaim bahwa sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak.
Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?
Calacanis menilai bahwa orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti.
SUMBER : http://imron46.blogspot.com/2009/08/gangguan-mental-akibat-online-di.html
bo obat liauw2 ya brother,
BalasHapushahaha,
ciaaa ciaaaaaa.......
BalasHapus