BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
setiap
orang ingin mengetahui sejauh mana dia telah dapat memenuhi tujuan yang
diharapkan. Guru ingin mengetahui apakah siswanya telah menguasai apa yang
telah diajarkan. Orangtua juga ingin mengetahui apakah apakah anaknya mengalami
kemajuan saat belajar. Masyarakat juga ingin tahu sampai dimana tingkat
prestasi belajar siswa secara umum sehingga dapat menentukan kualitas
pendidikan yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamakan
istilah tes , pengukuran dan evaluasi
yang sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya tetapi tidak
memiliki arti yang sama.
Menurut Budi Hatoro
pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.
Menurut Suharsimi Arikunto
pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Di dalam tes terdapat sekumpulan
pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan
memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku )
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut (
anastari, 1982:22 ).
Menurut F.L. Goodenough tes sebagai
suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau
sekelompok individudengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka satu
dengan yang lainnya. Lalu , apakah yang dimaksud evaluasi ?.
B. Batasan
Masalah.
Pada makalah ini akan dibatasi pada masalah :
1. pengertian evaluasi pembalajaran
2. tujuan, fungsi dan manfaat evaluasi pembelajaran
3. macam – macam evaluasi
4. syarat – syarat evaluasi
5. pendekatan evaluasi
6. taksonomi bloom
C. Rumusan
Masalah.
1. apakah pengertian evaluasi ?
2. apakah tujuan,
fungsi dan manfaat evaluasi pembelajaran ?
3. apakah macam – macam evaluasi ?
4. apakah syarat – syarat evaluasi
5. bagaimana pendekatan evaluasi ?
6. apakah taksonomi bloom?
D. Tujuan.
1. untuk mengetahui pengertian evaluasi ?
2. untuk mengetahui
tujuan, fungsi dan manfaat evaluasi pembelajaran ?
3. untuk mengetahui macam – macam evaluasi ?
4. untuk mengetahui syarat – syarat evaluasi
5. untuk mengetahui pendekatan evaluasi ?
6. untuk mengetahui taksonomi bloom?
E. Manfaat
Dengan
mempelajari tentang evaluasi pembelajaran , maka diharapkan mahasiswa nanti
dapat menerapkan cara melakukan evaluasi pembelajaran dengan baik.
BAB II
Kajian teori
- Pengertian
Evaluasi merupakan “proses untuk memperoleh seberapa
jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi yang benar-benar
menghasilkan hasil yang diinginkan”( Tyler
(1973:105).
Evaluasi adalah “a
systematic process of determining the extend to which instructional objectives
are achieved by pupils” (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa). Norman E. Gronlund (dalam Purwanto, 2006: 3).
Evaluasi adalah “a
continuous process of collecting and interpreting information in order to
assess decisions made in designing a learning system” (Evaluasi adalah
proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi secara kontinyu untuk menilai
keputusan yang telah dibuat dalam suatu proses pembelajaran). Robert H. Davis
dkk. (dalam Oliva, 1992: 445).
Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa “Penilaian pendidikan adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik”
Evaluasi ialah proses yang menentukan sampai sejauh
mana tujuan pendidikan
dapat dicapai (Tyler, 1950).
dapat dicapai (Tyler, 1950).
Evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu
standar untuk mengetahui apakah ada selisih (Maclcolm,1971).
Evaluasi ialah penelitian yang sistematik atau yang
teratur tentang manfaat atau guna beberapa objek (Joint Committee, 1981).
Wiersma dan jurs berpendapat bahwa evaluasi adalah
suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing , yang juga
berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Arikunto juga berpendapat bahwa
evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dinyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada
pengukuran dan testing.
- Tujuan evaluasi
- Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
- mengetahui tingkat keberhasilan perencanaan belajar mengajar.
- menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
- memberikan pertanggung jawaban (accountability)
- Memberi informasi sebagai dasar untuk :
o Membuat kebijakan dan keputusan
o Menilai hasil yang dicapai para pelajar
o Menilai kurikulum
o Memperbaiki materi dan program Pendidikan.
- Fungsi evaluasi
- Menelaah suatu obyek atau suatu keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
- Mengungkapkan kelemahan proses yang meliputi bobot yang disajikan baik metode, media dan strategi yang dilaksanakan.
- Untuk mengungkapkan penguasaan suatupekerjaan.
- Mengungkapkan kemajuan individual maupun kelompok.
- selektif
- selektif
- penempatan
- pengukur keberhasilan
- Asmawi Zainul dan Noehi Nasution juga menyatakan fungsi – fungsi lain dari evaluasi pembelajaran yaitu :
- remedial
- umpan balik
- memotivasi dan membimbing anak
- perbaikan kurikulum dan program pendidikan
- pengembangan ilmu
- Manfaat evaluasi
- memahami sesuatu : siswa , sarana dan prasarana , dan kondisi pengajar.
Memahami tentang hasil belajar siswa apakah sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan apakah memiliki hasil belajar yang memuaskan ,
pengaruh sarana dan prasarana yang diberikan pengajar kepada siswa apakah
mempengaruhi hasil belajar siswa , dan dengan kondisi pengajar yang ditampilkan
saat mengajar apakah mempengaruhi minat siswa dan kualitas belajar siswa itu
sendiri.
- membuat keputusan : kelanjutan program , penanganan masalah , dan lainnya.
Dengan adanya evaluasi apakah program belajar yang
diberikan sudah memberikan hasil yang bagus bagi siswa sehingga nantinya
program belajar dapat dilanjutkan atau lebih ditingkatkan , dengan adanya
evaluasi dapat mengetahui apakah ada masalah bagi siswa dalam mengikuti program
belajar sehingga diperlukan solusi atau penanganan masalah yang terjadi dalam
proses belajar mengajar.
- meningkatkan kualitas perencanaan belajar mengajar : komponen – komponen perencanaan belajar mengajar.
Dengan adanya evaluasi , maka dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar dengan
cara memperbaharui komponen – komponen perencanaan pembelajaran sehingga
nantinya diharapkan dapat memetik hasil yang lebih baik dari sebelumnya dalam
proses belajar mengajar.
Secara khusus evaluasi bermanfaat bagi pihak – pihak
yang terkait dengan pembelajaran , seperti siswa , guru , dan sekolah.
Bagi siswa
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : dengan
adanya suatu evaluasi maka baik pengajar , murid , orangtua murid maupun
masyarakan dapat mengetahui tingkat dan hasil dari tujuan pembelajaran yang
diberikan apakah memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi guru
Bagi guru atau pengajar dapat mendeteksi siswa yang
telah dan belum menguasai tujuan pembelajaran: melanjutkan , remedial atau
pengayaan.
Apakah ketepatan materi yang diberikan sesuai dengan: jenis, lingkup , tingkatan kesulitan , dan lainnya.
Apakah ketepatan metode yang digunakan sudah sesuai dan mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Bagi sekolah
Bagi sekolah hasil belajar merupakan cermin kualitas
sekolah apakah sekolah telah memberikan sesuatu yang mendukung bagi proses
belajar mengajar baik itu berupa sarana prasarana atau yang lainnya yang dapat
menunjang kegiatan siswa belajar di sekolah.
Hasil evaluasi dapat membuat program sekolah yang baik
dan sesuai untuk meningkatkan kualitas belajar siswa maupun kualitas mengajar
pengajar sehingga diharapkan program itu dapat berjalan dengan baik secara
terus menerus dan membuat hasil pembelajaran yang baik.
Manfaat evaluasi bagi sekolah juga sebagai pemenuhan
standar siswa apakah berhasil atau tidak dalam pembelajaran sesuai dengan
tujuan dan standar penilaian yang ditetapkan.
- Macam – macam evaluasi
- Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir
pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
Pendapat Winkel bahwa evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses
pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback)
mengenai kemajuan yang telah dicapai. Lain halnya dengan Tesmer yang menyatakan
formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of
instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction
to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan
pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done
to monitor student progress over period of time. Dengan kata lain evaluasi
formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah
ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh siapa yang
berhasil dan siapa yang belum berhasil dan selanjutnya diambil
tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi formatif adalah siswa
yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus
yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok
bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan
pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih
akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan
pendalaman dari topik yang telah dibahas.
- Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu
satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah
dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif
sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang
meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester,
bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
- Diagnostic
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat
diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam
beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir
pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses
evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih
belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar
siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi
diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi
yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif,
dan Tes Sumatif
Ditinjau dari
|
Tes Diagnostik
|
Tes Formatif
|
Tes Sumatif
|
Fungsinya
|
mengelompokkan siswa berdasarkan
kemampuannya
menentukan kesulitan belajar yang
dialami
|
Umpan balik bagi siswa, guru maupun
program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program
|
Memberi tanda telah mengikuti suatu
program, dan menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan anggota
kelompoknya
|
Cara memilih tujuan yang dievaluasi
|
memilih tiap-tiap keterampilan
prasarat
memilih tujuan setiap program pembelajaran
secara berimbang
memilih yang berhubungan dengan
tingkah laku fisik, mental dan perasaan
|
Mengukur semua tujuan instruksional
khusus
|
Mengukur tujuan instruksional umum
|
Skoring (cara menyekor)
|
menggunakan standar mutlak dan
relatif
|
menggunakan standar mutlak
|
menggunakan standar relative
|
- Syarat – syarat evaluasi
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil
Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk mengevaluasi atau
mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya).
Instrumen Evaluasi yang baik
memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain :
- Validitas
- Reliabilitas
- Objectivitas
- Pratikabilitas
- Ekomonis
- Taraf Kesukaran
- Daya Pembeda
Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi
dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud Validitas
disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
Ada tiga Aspek
yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif,
Psikomotor dan Afektif.Tinggi Rendah nya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki
reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapta menghasilkan hasil
pengukuran yang ajeg. Keajegan/ketetapn disini tidak diartikan selalu sama
tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan seseorang si upik berada
lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu, maka jika dilakukan
pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah terhadap si badu.
Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji reliabilitias dan
dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
Objectivitas
Instrumen evaluasi hendaknya
terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi dari si evaluator dalam
menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
Evaluasi harus dilakukan secara
kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka
evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan
Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya satu
atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan
audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi
dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan
yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi
pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat
di laksanakan oleh orang lain.
Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan
instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan
waktu yang lama.
Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari
butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir
soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audience mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiece putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam
isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan
“Proporsi”.
Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen
adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audience yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Index
Diskriminasi.
G. Pendekatan evaluasi
Ada
dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor
menjadi nilai. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga
akan menghasilkan nilai yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat
pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah
Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser
(1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi
pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu
pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan
pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut.
Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced
interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position
with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan
norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes
prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif
siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan /
ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep
pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1.
Penilaian
Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan
berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan
didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat
gambaran yang jelas tentang performan peserta tes dengan tanpa memperhatikan
bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan
kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status
individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan /
dirumuskan dengan baik.
Pada pendekatan acuan patokan, standar
performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya sebagai
standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut
rather than relative interpetation, referenced to a defined body of learner
behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade)
didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk
persentase. Untuk mendapatkan nilai A atau B, seorang siswa harus mendapatkan
sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh
performan (sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu
kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa bergantung pada
tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima
siswa mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan
sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka
kemungkinan untuk mendapat nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan
ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur
tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah
menjadi nilai dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu
ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya
kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus
2.
Penilaian
Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT)
Tujuan penggunaan tes acuan norma
biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas
belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta
tes dalam hubungannya dengan performans kelompok peserta yang lain yang telah
mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara
pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar
performan yang digunakan.
Pada pendekatan acuan norma standar
performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan
seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya;
Tinggi rendahnya performan seorang siswa sangat bergantung pada kondisi
performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah
norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah
penempatan sekor (performan) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu
tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya
adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang
memiliki sekor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih tinggi
untuk mendapatkan nilai A atau B. Situasi seperti ini menjadi baik bagi
motivasi beberapa siswa. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang
kurang sehat diantara para siswa, karena pada saat seorang atau sekelompok
siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk
mendapatkannya.
Contoh:
1. Satu kelompok peserta tes terdiri dari
9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40,
35, 35, 30
Dengan menggunakan
pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan
mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di
bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6
Penentuan nilai dengan
skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar.
Kemudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
2. Sekelompok mahasiswa terdiri dari 40 orang
dalam satu ujian mendapat nilai mentah sebagai berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32
52 43 40 37 36 35 34 30
49 43 40 37 36 35 34 28
48 42 40 37 35 34 33 22
46 39 38 37 36 34 32 21
Penyebaran skor
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
No
|
Skor Mentah
|
Jumlah Mahasiswa
|
Jika 55 diberi nilai 10 maka
|
1
|
55
|
1
|
10,0
|
2
|
52
|
1
|
9,5
|
3
|
49
|
1
|
9,0
|
4
|
48
|
1
|
8,7
|
5
|
46
|
1
|
8,4
|
6
|
43
|
3
|
7,8
|
7
|
42
|
1
|
7,6
|
8
|
40
|
3
|
7,3
|
9
|
39
|
2
|
7,1
|
10
|
38
|
2
|
6,9
|
11
|
37
|
5
|
6,7
|
12
|
36
|
4
|
6,5
|
13
|
35
|
3
|
6,4
|
14
|
34
|
4
|
6,2
|
15
|
33
|
2
|
6,0
|
16
|
32
|
2
|
5,8
|
17
|
30
|
1
|
5,5
|
18
|
28
|
1
|
5,1
|
19
|
22
|
1
|
4,0
|
20
|
21
|
1
|
3,8
|
|
Jumlah Mahasiswa
|
40
|
|
Jika skor mentah yang
paling tinggi (55) diberi nilai 10 maka nilai untuk :
52 adalah (52/55) x 10
= 9,5
49 adalah (49/55) x 10
= 9,0 dan seterusnya
3.
Bila jumlah pesertanya ratusan, maka untuk memberi nilainya menggunakan
statistik sederhana untuk menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan
simpangan baku
kelompok (mean dan standard deviation) sehingga akan terjadi
penyebaran kemampuan menurut kurva normal.
Menurut distribusi
kurva normal, sekelompok mahasiswa yang memiliki skor di atas rata-rata 60
dalam kelompok itu adalah:
60 sampai dengan (60 +
2 S.B.) adalah 34,13%
(60 + 1 S.B.) sampai
dengan (60 + 2 S.B.) adalah 13,59%
(60 + 2 S.B.) sampai
dengan (60 + 3 S.B.) adalah 2,14%
Begitu juga dengan mahasiswa
yang memiliki skor 60 ke bawah, adalah:
60 sampai dengan (60 –
2 S.B.) adalah 34,13%
(60 – 1 S.B.) sampai
dengan (60 – 2 S.B.) adalah 13,59%
(60 – 2 S.B.) sampai
dengan (60 – 3 S.B.) adalah 2,14%
Dengan kata lain
mahasiswa yang mendapat skor antara (+1 S.B. s.d. -1 S.B.) adalah 68,26%, yang
mendapat skor (+2 S.B. s.d. -2 S.B.) adalah 95,44%.
Dengan demikian dapat
dibuat tabel konversi skor mentah ke dalam nilai 1-10.
Skor Mentah
|
Nilai 1 – 10
|
Skor rata-rata +2,25 S.B.
Skor rata-rata +1,75 S.B.
Skor rata-rata +1,25 S.B.
Skor rata-rata +0,75 S.B.
Skor rata-rata +0,25 S.B.
Skor rata-rata -0,25 S.B.
Skor rata-rata -0,75 S.B.
Skor rata-rata -1,25 S.B.
Skor rata-rata -1,75 S.B.
Skor rata-rata -2,25 S.B.
|
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
|
Catatan: mengacu pada kurikulum
1975
(Sumber : Prof. Nana Sudjana)
TAKSONOMI BLOOM
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Domain Kognitif
1. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali
dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan
manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik
definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas
minimum untuk produk, dan sebagainya.
2. Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca
dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan
sebagainya. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan
dalam fish bone diagram, pareto chart, dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki
kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di
dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab
meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan
mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish
bone diagram atau pareto chart.
4. Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan
mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan
mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat
keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5. Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa,
seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari
sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau
informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai
contoh, di tingkat ini seorang manajer yang berkualitas mampu memberikan solusi
untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap
semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan
menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
yang berkualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai untuk
dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom
bersama dengan David Krathwol.
1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya
suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
2. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
3. Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai
yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian
berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan
ke dalam tingkah laku.
4. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.
5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
Domain Psikomotor
1. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi
pegangan dalam membantu gerakan.
2. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional
untuk melakukan gerakan.
3. Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang
telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
5. Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di
dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
6. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang
sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
7. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang
disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
1.
Evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada
pengukuran dan testing.
2.
Evaluasi memiliki tujuan , fungsi dan manfaat yang
sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.
3.
Pendekatan evaluasi dapat dilakukan dengan Pendekatan
Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Saran
- pengajar sebaiknya memahami tantang cara mengevaluasi hasil pembelajran yang baik agar mendapatkan cara dan hasil pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.
Daftar Pustaka
Bukit,berbunga.”teori evaluasi “
.http://bukitberbungagerem.blogspot.com/2010/10/teori-evaluasi.html
(diakses tanggal 22 september 2011)
Rusliana,Ade. “Konsep dasarevalausi hasil belajar “.http://aderusliana.wordpress.com/2007/11/05/konsep-dasar-evaluasi-hasil-belajar/
(diakses tanggal 22 september 2011)
Ulianta.”kriteria instrumenevaluasi harus memenuhi syarat sebelum di
“gunakan.http://stahdnj.ac.id/?p=67
(diakses tanggal 22 september 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar